AMPERA
Tahun 1970-an dan yang unik dari poto ini adalah perahu keteknya yang masih memakai kayuh tanpa mesin.
RUMAH DIPINGGIR SUNGAI MUSI
Zaman dulu rumah-rumah khas Palembang (limas) juga banyak berada di tepi sungai Musi seperti tampak pada gambar ini.
PALEMBANG TAHUN 70AN
Wajah
kota antara tahun 1970-1975, tampak mobil angkutan kota masih
menggunakan Ford, Jeef Willis, kemudian Tengkuruk permai belum ada, dan
lihat Jembatan Ampera swaat itu masih sepi.
DUKU
7 ULU
Bawah
Ampera di bagian Ulu dibenahi untuk dijadikan taman indah tempat ruang
publik di Seberang Ulu. Dulu tempat ini pernah jadi terminal angkutan
dari luar kota, kemudian berubah menjadi kios-kios yang semula untuk
penjual buah tapi kejadiannya berubah menjadi penjualan pakaian bekas,
kios berang mainan anak, perlengkapan pertanian yang akhirnya
menyebabkan tempat ini terbakar. Sekarang dibersihkan dan dijadikan
taman dan dilewati oleh angkutan TransMusi. Semoga bermanfaat bagi warga
Seberang Ulu dan sekitarnya,
TRAN MUSI
Beberapa
rute ramai TransMusi seperti Plaju-PS dan Ampera-KM12 selalu padat
penumpang sehingga para penumpangnya disamping lama menunggu, pas ada
busnya juga penumpang harus bersempit-sempit ria dan bergelantungan,
ini menunjukkan kurangnya armada. Semoga cepat teratasi dan terlaksana
juga penambahan jalur seperti ke arah Pusri.
PASAR 16
Pasar 16 Ilir, Sunai Musi dan Angkutan khas Sunai Musi
MENANTI KETEK
Menenti "Ketek" perahu pengangkut untuk menyeberang dari seberang Ulu ke seberang Ilir
KAPAL MARIE
sejenis
Kapal Angkut pada zaman kolonial sampai Ampera selesai dubuat, kapal
ini menggunakan roda bagian belakang hingga waktu itu juga disebut kapal
roda lambung. Konon kapal ini juga populer di Sungai Missisippi.
SUNGAI MUSI
Kapal Segentar Alam tengah melintasi Sungai Musi Palembang
OMBAK MUSI
Obak sungai Musi tampak indah, tapi ombak ini tidak banyak ditimbulkan oleh angin tapi oleh kapal, speed boat dan ketek dan angkutan sungai lainnya
MOBIL NAIK PERAHU
CAP GO MEH
Disambut Penjual Bunga
Mengikuti prosesi perjalanan ke Pulau Komaro pada hari Minggu, 8 Februari 2008. Di mulai dari Dermaga 16 Ilir menaiki sebuah kapal tongkang besar yang bisa mengangkut ratusan penumpang, kapal ini disediakan gratis dari pengusaha-pengusaha chines. Kapal tersedia di dermaga 16 Ilir(kapal yang agak kecil) dan Dermaga Garam (kapal yang besar). Kami menaiki kapal dari dermaga 16 Ilir dengan penumpang mencapai 300 orang, dalam perjalanan kami dihibur oleh organ tunggal dengan musik lagu khas chines dan beberapa lagu Jazz, selama perjalanan tidak membosankan karena semua penumpang tampak senang dan gembira. Disini disediakan tempat duduk dari kursi plastik dan ada juga yang terpaksa berdiri karena kursinya penuh. Disela-sela penumpang kapal ada juga gadis dan ibu-ibu memakai jilbab, artinya pulau Komaro yang dituju bukan hanya sebagai tujuan beribadah tapi juga dimanfaatkan sebagai tujuan wisasta.
KARET
Salah satu komoditi yang dihasilkan oleh propinsi Sumsel adalah karet, karet di export ke berbagai negara terutama Amerika, kemudian di negara lain karet ini diolah lagi menjadi barang yang sangat berharga bahkan hasil olahan itu dikirim lagi ke negara kita dengan harga berkali lipat dari bahan mentah.
#sumber :http://kotapalembang.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar